Muslim Rohingya Dibunuh Karena Keyakinan Aqidahnya
“Mengungkap Fakta Muslim Rohingya” demikian tema acara dalam tabligh akbar yang diselenggarakan oleh DKM Masjid Darussalam pada Sabtu (4/5/2013) di Kota Wisata Cibubur. Hadir sebagai pembicara ialah Dr. Muhammad Yunus (Presiden Solidaritas Muslim Rohingya), KH. Muhammad al Khaththath (Sekjen Forum Umat Islam), Ustadz Bernard Abdul Jabbar (Sekjen Komite Advokasi Muslim Rohingya Arakan) dan Dr. Adhiyaksa Dault (Mantan Menpora).
Dr. Yunus asal Rohingya menjelaskan bahwa Arakan adalah negeri muslim yang dizalimi, dan dirampas kewarganegaraanya oleh rezim milter Myanmar.
“Arakan adalah negara Islam, Arakan berasal dari bahasa Arab yang artinya adalah rukun. Dahulunya kesultanan, buktinya uang logam yang digunakan pada saat itu adalah Dinar, sisi mata uangnya kalimat Lailahaillah satu sisi lagi gambar sultannya. Namun oleh media sekuler, berita di simpangsiurkan, orang Arakan dikatakan datang setelah penjajahan Inggris padahal faktanya muslim Arakan sudah datang jauh sebelumnya. Arakan sudah ada di abad ke 9 sedangkan Inggris menjajah Myanmar pada abad 17,” paparnya.
Presiden solidaritas muslim Rohingya juga memaparkan dengan jelas apa yang sebenarnya terjadi terhadap muslim Rohingya Arakan.
“Apa yang terjadi di Rohingya, adalah upaya genocide (pembersihan etnis muslim), penyerangan secara terkendali dan sistematis oleh kaum Budha dan rezim Myanmar. Kaum muslimin dibunuh, disiksa, diperkosa, dipenjara dan dibakar hidup-hidup, dan polisi disana hanya menyaksikan saja tanpa melakukan pertolongan apapun,” ujarnya.
Jamaah yang hadir terenyuh karena pemaparan Dr. Yunus diperkuat dengan ditanyangkannya foto-foto kekejaman kaum Budha dan rezim Myanmar. Warga Rohingya dibunuh dan mayatnya dibiarkan tergeletak dimana-mana dan oleh rezim Myanmar dilarang untuk dikubur, dibiarkan begitu saja hingga mayat-mayat tersebut dimakan oleh anjing-anjing liar.
Dalam sesi tanya jawab, salah satu jamaah bertanya kenapa semua itu bisa terjadi?
“Alasannya karena kalimat tauhid, Lailahailallah Muhammad Rasulullah, Islam tidak diterima disana. Jika ada muslim yang murtad keluar dari Islam maka dia akan selamat,” ujar Dr. Yunus.
Dr. Yunus mewakili warga Rohingya Arakan mengucapkan terima kasih kepada umat Islam Indonesia yang kemarin diwakili ormas-ormas Islam yang tergabung dalam Forum Umat Islam (FUI) yang telah mendesak dubes Myanmar agar mereka tahu bahwa umat Islam di dunia tidak tinggal diam.
“Bantu kami untuk berjihad melawan penyerang-penyerang dari Budha dan tentara Myanmar, dan doakan kami untuk mengembalikan Arakan sebagai negara Islam,” pesan Dr. Yunus yang disambut pekikan takbir oleh jamaah.
Sumber:
250 Muslim Rohingya Myanmar berenang di laut Thailand untuk menyelamatkan diri dari penindasan
Sekitar 250 Muslim Rohingya Myanmar, yang melarikan diri melalui laut dan menuju Malaysia, harus berenang di laut Thailand selatan setelah kapal mereka karam dihantam badai, surat kabar Nation melaporkan pada Kamis (12/9/2013).
Kaum Muslimin Rohingya yang berusia 15 sampai 40 tahun tersebut akhirnya berhasil mencapai daratan pada Rabu (11/9) pagi di Satun, sebuah provinsi mayoritas Muslim yang berbatasan dengan Malaysia.
Mereka kemudian dibawa ke sebuah taman umum di mana penduduk setempat membantu memberikan makanan dan obat-obatan, sementara polisi dan petugas “melakukan inspeksi”, menurut laporan tersebut.
Nation menyatakan bahwa mereka meninggalkan Myanmar pada Senin (26/9), dan sembilan hari kemudian mereka telah kehabisan bekal makanan dan air minum.
Di tengah laut, ketika mereka akhirnya melihat pantai, mereka pun berusaha berenang ke darat untuk bertahan hidup.
Saat ini mereka “masih di taman itu, sambil menunggu tindakan lebih lanjut dari petugas Operasi Keamanan Internal Komando,” menurut Nation.
Puluhan ribu warga Rohingya telah melarikan diri melalui laut Myanmar sejak setahun lalu, salah satu perpindahan terbesar manusia menggunakan perahu sejak akhir Perang Vietnam.
Jumlah mereka yang melarikan diri dengan naik perahu dari Myanmar dan Bangladesh mencapai 34.626 orang sejak Juni 2012 hingga Mei tahun ini - lebih dari empat kali jumlah pada tahun sebelumnya, kata Arakan Project. Hampir semuanya adalah Muslim Rohingya dari Myanmar.
Eksodus mereka menandakan betapa menderitanya Kaum Muslimin Rohingya di tengah-tengah penindasan yang dilakukan oleh mayoritas Buddhis Myanmar, di mana kerusuhan di negara bagian Rakhine tahun lalu telah menyebabkan meninggalnya 192 orang dan lebih dari 140.000 lainnya kehilangan tempat tinggal.
Sementara itu, aktivis Rohingya mengungkapkan bahwa jumlah korban meninggal telah mencapai 748 orang. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.
Sumber:Pembersihan Etnis Muslim di Myanmar
Kaum muslimin rahimakumullah,
Allah SWT berfirman:
....mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup... (QS. Al Baqarah 217).
Ayat di atas jelas memberikan gambaran kepada kita bahwa kaum kafir, apapun agama dan ideologi mereka, manakala mereka berkuasa, mereka akan menindas dan membantai kaum muslim untuk membersihkan etnis muslim dari wilayah kekuasaan mereka. Kecuali kaum muslim itu murtad, alias kembali kepada kekufuran seperti mereka. Ayat di atas turun terkait dengan peperangan yang dilakukan oleh kaum kafir Quraisy kepada kaum muslimin generasi pertama. Kaum muslim di Andalusia setelah berjaya di sana selama delapan abad dan memberikan warisan budaya tiada tara hingga menjadi bekal pencerahan bagi Eropa, justru dibantai habis oleh penguasa Nasrani pada saat mereka berhasil mengambil kekuasaan atas Andalusia dari kaum muslimin. Demikian juga di Philipina. Manila adalah kota yang didirikan oleh Sultan Sulaiman. Namun kaum Katolik dari Spanyol Andalusia telah menguasai Manila dan seluruh Philipina, hingga kaum muslimin terdesak di Selatan Pihilipina dan mereka perangi hingga hari ini. Tragedi Bosnia tahun 1993 telah membuka mata kita bahwa kaum kafir Serbia Yugoslavia tidak ingin muslim Bosnia lahir sebagai negara merdeka. Seperti itulah nasib kaum muslim Rohingya di Arakan Myanmar.
Latar Belakang Sejarah Muslim Rohingya
Kaum muslimin rahimakumullah,
Secara genealogis bangsa Rohingya adalah keturunan India. Mereka menempati Arakan sejak sebelum Masehi. Dahulu mereka pemeluk agama Hindu, Budha Mahayana dan Animisme. Ketika para pedagang dan dai-dai dari Arab datang ke Arakan tahun 788M, mereka mulai pindah kepada agama Islam.
Pribumi India yang telah masuk Islam ini kemudian bergaul dengan para pemukim asing seperti Arab, Persia, Turki, Pathan, Bengali dan Mongolia . Pemukiman mereka terus berlanjut sepanjang sejarah. Oleh karena itu, Rohingya bukanlah masyarakat dari satu ras, tetapi berasal multi-rasial. Namun, sebagian besar Rohingya memang merupakan keturunan India.
Menurut Maurice Collis dan Pamela Gutman, orang Burma yang Mongoloid Tibet datang ke Arakan sekitar abad 10 M. Sejak itu, mereka memasuki Arakan kelompok demi kelompok hingga mereka mengalahkan jumlah pribumi India dan menjadi dominan di wilayah tersebut. Mereka menegakkan kembali Buddha di Arakan, tapi kali ini dalam bentuk Theraveda Buddhisme. Faktanya, kata Arakan berasal dari Arkan (Rukun) yang telah diperintah oleh dinasti Muslim selama lebih dari 350 tahun sebelum invasi Burma.
Kemudian, dalam serangkaian serangan genosida, Muslim dibunuh secara brutal dan dihapus paksa dari sebagian besar dari 17 kota di Arakan. Sekarang Muslim tersisa dalam 3 sampai 4 kota. Kehidupan mereka sehari-hari seperti di sebuah penjara terbuka.
Kekerasan Anti Muslim Terus Berlangsung di Myanmar
Kaum muslimin rahimakumullah,
Kekerasan terhadap kaum muslim Rohingya dan Kaman di Arakan khususnya dan umat Islam di bagian lain Myanmar pada umumnya adalah hasil dari Islamofobia yang begitu mendalam dan mengakar serta Propaganda Anti-Muslim yang disponsori oleh negara yang mengarah ke penganiayaan sistematis dan genosida.
Penggunaan istilah Bentrokan/perselisihan biasa atau antar masyarakat sangatlah tidak relevan untuk kekerasan yang terjadi di Myanmar. Pada tanggal 28 Mei 2012, seorang wanita Buddha Rakhine yang bernama Ma Thida Tway diduga diperkosa, dijarah dan dibunuh di pinggiran sebuah desa bernama KyaukNimaw, Arakan, oleh orang tak dikenal.
Menurut laporan medis, wanita itu tidak diperkosa tapi dijarah dan dibunuh namun laporan itu disimpan karena tidak sesuai dengan rencana awal pemerintah Myanmar dan ekstrimis Budha Rakhine untuk menghasut kekerasan terhadap Muslim. Secara konspiratif rezim Burma dan ekstremis Rakhine menuduh tiga orang Rohingya telah memperkosa, menjarah dan membunuhnya.
Pada 3 Juni 2012, pembantaian biadab dan terorganisir dilakukan terhadap 10 peziarah Muslim oleh Rakhine Buddha di Taung Gote, Arakan. Pada 8 Juni 2012, genosida kolosal dilakukan terhadap Muslim Rohingya dan Kaman, dimulai ketika massa kaum muslim Rohingya di Maung Daw melakukan protes setelah shalat Jumat terhadap pembantaian 10 Peziarah Muslim.
Ringkasan kekejaman terhadap Muslim Rohingya, Kaman, dan Muslim lainnya
Kaum muslimin rahimakumullah,
Catatan ringkas kekejaman yang sedang berlangsung terhadap kaum muslim Rohingya, Kaman, dan kaum muslim lainnya di Myanmar adalah sebagai berikut:
1) Lebih dari 5.000 orang dibunuh dengan berbagai cara dan lebih dari 120.000 muslim digusur dari tanah mereka sendiri. Kaum muslim terpaksa tinggal di kamp-kamp konsentrasi di pinggiran Sittwe.
2) Para wanita dan anak perempuan muslimah di bawah umur diperkosa oleh militer dan lain-lain.
3) Properti kaum muslim dijarah setiap hari, Masjid dan tempat-tempat religi mereka ditutup. Ini akan segera menjadi tahun dimana mereka tidak bisa sholat di Masjid.
4) Orang-orang muslim berpendidikan dan orang-orang tak bersalah lainnya telah ditahan tanpa kesalahan apapun.
5) Sejumlah besar uang muslim selalu diperas setiap hari.
6) Muslim disiksa secara tidak manusiawi di sel-sel rahasia.
7) Akses muslim terhadap makanan dan obat-obatan diblokir. Mereka mati kelaparan dan kini terjadi wabah penyakit yang marak di antara mereka.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Pada 20 Maret 2013, sepasang suami istri Burma pergi ke toko perhiasan seorang Muslim di Meikh-Htilla Township, Mandalay Division, untuk menjual emas palsu mereka. Ketika pemilik toko Muslim menolak membelinya orang Burma itu menghina pemilik toko. Perkelahian terjadi. Istri penjual emas palsu itu melaporkan bahwa suaminya terluka. Mereka menuju ke desa dan kembali lagi dengan membawa orang-orang kampung untuk menyerang kaum muslim di kota. Menurut beberapa orang, penjual emas palsu adalah intel Militer Burma yang menghasut kekerasan selama berminggu-minggu.
Dalam serangan itu, sekitar 15 Masjid yang dihancurkan dan hampir semua tempat tinggal Muslim dibakar. Sekitar 100 Muslim tewas dan ribuan orang mengungsi. Kini, penguasa tidak mengijinkan pengungsi Muslim kembali ke tanah asli mereka dan tanpa belas kasihan mereka ditahan di lapangan terbuka. Kekerasan anti-Muslim menyebar ke kota-kota lain di Myanmar. Mereka menghadapi bencana serupa yang dialami Muslim di Arakan selama berbulan-bulan. Gerakan anti-Muslim di Myanmar yang dipimpin oleh biksu Buddha sepanjang waktu.
Demikianlah kekerasan anti-Muslim di Myanmar yang terhitung sebagai Kejahatan terhadap Kemanusiaan (Crimes against Humanity) dan Pembersihan etnis (Ethnic Cleansing) terhadap kaum muslim Rohingya dan Kaman sebagaimana dilaporkan oleh Human Rights Watch (HRW) baru-baru ini.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Wajib bagi umat Islam di seluruh dunia memberikan solidaritas dari doa hingga jihad untuk menolong menyelamatkan mereka dari fitnah kekejaman, penindasan, pemerkosaan, dan perampasan hak mereka oleh kaum ekstrimis Budha dan Rezim Myanmar. Allah SWT berfirman:
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ فَإِنِ انْتَهَوْا فَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِينَ
Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu Hanya semata-mata untuk Allah. jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), Maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. (QS. Al Baqarah 193).
Baarakallahu lii walakum..
Allah SWT berfirman:
....mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup... (QS. Al Baqarah 217).
Ayat di atas jelas memberikan gambaran kepada kita bahwa kaum kafir, apapun agama dan ideologi mereka, manakala mereka berkuasa, mereka akan menindas dan membantai kaum muslim untuk membersihkan etnis muslim dari wilayah kekuasaan mereka. Kecuali kaum muslim itu murtad, alias kembali kepada kekufuran seperti mereka. Ayat di atas turun terkait dengan peperangan yang dilakukan oleh kaum kafir Quraisy kepada kaum muslimin generasi pertama. Kaum muslim di Andalusia setelah berjaya di sana selama delapan abad dan memberikan warisan budaya tiada tara hingga menjadi bekal pencerahan bagi Eropa, justru dibantai habis oleh penguasa Nasrani pada saat mereka berhasil mengambil kekuasaan atas Andalusia dari kaum muslimin. Demikian juga di Philipina. Manila adalah kota yang didirikan oleh Sultan Sulaiman. Namun kaum Katolik dari Spanyol Andalusia telah menguasai Manila dan seluruh Philipina, hingga kaum muslimin terdesak di Selatan Pihilipina dan mereka perangi hingga hari ini. Tragedi Bosnia tahun 1993 telah membuka mata kita bahwa kaum kafir Serbia Yugoslavia tidak ingin muslim Bosnia lahir sebagai negara merdeka. Seperti itulah nasib kaum muslim Rohingya di Arakan Myanmar.
Latar Belakang Sejarah Muslim Rohingya
Kaum muslimin rahimakumullah,
Secara genealogis bangsa Rohingya adalah keturunan India. Mereka menempati Arakan sejak sebelum Masehi. Dahulu mereka pemeluk agama Hindu, Budha Mahayana dan Animisme. Ketika para pedagang dan dai-dai dari Arab datang ke Arakan tahun 788M, mereka mulai pindah kepada agama Islam.
Pribumi India yang telah masuk Islam ini kemudian bergaul dengan para pemukim asing seperti Arab, Persia, Turki, Pathan, Bengali dan Mongolia . Pemukiman mereka terus berlanjut sepanjang sejarah. Oleh karena itu, Rohingya bukanlah masyarakat dari satu ras, tetapi berasal multi-rasial. Namun, sebagian besar Rohingya memang merupakan keturunan India.
Menurut Maurice Collis dan Pamela Gutman, orang Burma yang Mongoloid Tibet datang ke Arakan sekitar abad 10 M. Sejak itu, mereka memasuki Arakan kelompok demi kelompok hingga mereka mengalahkan jumlah pribumi India dan menjadi dominan di wilayah tersebut. Mereka menegakkan kembali Buddha di Arakan, tapi kali ini dalam bentuk Theraveda Buddhisme. Faktanya, kata Arakan berasal dari Arkan (Rukun) yang telah diperintah oleh dinasti Muslim selama lebih dari 350 tahun sebelum invasi Burma.
Kemudian, dalam serangkaian serangan genosida, Muslim dibunuh secara brutal dan dihapus paksa dari sebagian besar dari 17 kota di Arakan. Sekarang Muslim tersisa dalam 3 sampai 4 kota. Kehidupan mereka sehari-hari seperti di sebuah penjara terbuka.
Kekerasan Anti Muslim Terus Berlangsung di Myanmar
Kaum muslimin rahimakumullah,
Kekerasan terhadap kaum muslim Rohingya dan Kaman di Arakan khususnya dan umat Islam di bagian lain Myanmar pada umumnya adalah hasil dari Islamofobia yang begitu mendalam dan mengakar serta Propaganda Anti-Muslim yang disponsori oleh negara yang mengarah ke penganiayaan sistematis dan genosida.
Penggunaan istilah Bentrokan/perselisihan biasa atau antar masyarakat sangatlah tidak relevan untuk kekerasan yang terjadi di Myanmar. Pada tanggal 28 Mei 2012, seorang wanita Buddha Rakhine yang bernama Ma Thida Tway diduga diperkosa, dijarah dan dibunuh di pinggiran sebuah desa bernama KyaukNimaw, Arakan, oleh orang tak dikenal.
Menurut laporan medis, wanita itu tidak diperkosa tapi dijarah dan dibunuh namun laporan itu disimpan karena tidak sesuai dengan rencana awal pemerintah Myanmar dan ekstrimis Budha Rakhine untuk menghasut kekerasan terhadap Muslim. Secara konspiratif rezim Burma dan ekstremis Rakhine menuduh tiga orang Rohingya telah memperkosa, menjarah dan membunuhnya.
Pada 3 Juni 2012, pembantaian biadab dan terorganisir dilakukan terhadap 10 peziarah Muslim oleh Rakhine Buddha di Taung Gote, Arakan. Pada 8 Juni 2012, genosida kolosal dilakukan terhadap Muslim Rohingya dan Kaman, dimulai ketika massa kaum muslim Rohingya di Maung Daw melakukan protes setelah shalat Jumat terhadap pembantaian 10 Peziarah Muslim.
Ringkasan kekejaman terhadap Muslim Rohingya, Kaman, dan Muslim lainnya
Kaum muslimin rahimakumullah,
Catatan ringkas kekejaman yang sedang berlangsung terhadap kaum muslim Rohingya, Kaman, dan kaum muslim lainnya di Myanmar adalah sebagai berikut:
1) Lebih dari 5.000 orang dibunuh dengan berbagai cara dan lebih dari 120.000 muslim digusur dari tanah mereka sendiri. Kaum muslim terpaksa tinggal di kamp-kamp konsentrasi di pinggiran Sittwe.
2) Para wanita dan anak perempuan muslimah di bawah umur diperkosa oleh militer dan lain-lain.
3) Properti kaum muslim dijarah setiap hari, Masjid dan tempat-tempat religi mereka ditutup. Ini akan segera menjadi tahun dimana mereka tidak bisa sholat di Masjid.
4) Orang-orang muslim berpendidikan dan orang-orang tak bersalah lainnya telah ditahan tanpa kesalahan apapun.
5) Sejumlah besar uang muslim selalu diperas setiap hari.
6) Muslim disiksa secara tidak manusiawi di sel-sel rahasia.
7) Akses muslim terhadap makanan dan obat-obatan diblokir. Mereka mati kelaparan dan kini terjadi wabah penyakit yang marak di antara mereka.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Pada 20 Maret 2013, sepasang suami istri Burma pergi ke toko perhiasan seorang Muslim di Meikh-Htilla Township, Mandalay Division, untuk menjual emas palsu mereka. Ketika pemilik toko Muslim menolak membelinya orang Burma itu menghina pemilik toko. Perkelahian terjadi. Istri penjual emas palsu itu melaporkan bahwa suaminya terluka. Mereka menuju ke desa dan kembali lagi dengan membawa orang-orang kampung untuk menyerang kaum muslim di kota. Menurut beberapa orang, penjual emas palsu adalah intel Militer Burma yang menghasut kekerasan selama berminggu-minggu.
Dalam serangan itu, sekitar 15 Masjid yang dihancurkan dan hampir semua tempat tinggal Muslim dibakar. Sekitar 100 Muslim tewas dan ribuan orang mengungsi. Kini, penguasa tidak mengijinkan pengungsi Muslim kembali ke tanah asli mereka dan tanpa belas kasihan mereka ditahan di lapangan terbuka. Kekerasan anti-Muslim menyebar ke kota-kota lain di Myanmar. Mereka menghadapi bencana serupa yang dialami Muslim di Arakan selama berbulan-bulan. Gerakan anti-Muslim di Myanmar yang dipimpin oleh biksu Buddha sepanjang waktu.
Demikianlah kekerasan anti-Muslim di Myanmar yang terhitung sebagai Kejahatan terhadap Kemanusiaan (Crimes against Humanity) dan Pembersihan etnis (Ethnic Cleansing) terhadap kaum muslim Rohingya dan Kaman sebagaimana dilaporkan oleh Human Rights Watch (HRW) baru-baru ini.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Wajib bagi umat Islam di seluruh dunia memberikan solidaritas dari doa hingga jihad untuk menolong menyelamatkan mereka dari fitnah kekejaman, penindasan, pemerkosaan, dan perampasan hak mereka oleh kaum ekstrimis Budha dan Rezim Myanmar. Allah SWT berfirman:
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ فَإِنِ انْتَهَوْا فَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِينَ
Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu Hanya semata-mata untuk Allah. jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), Maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. (QS. Al Baqarah 193).
Baarakallahu lii walakum..
Sumber:
Alasan Kenapa Muslim Rohingya Ditindas
Pengungsi Muslim Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar di Teknaf, kota perbatasan Bangladesh.
Amnesty International mengatakan, meskipun Myanmar mencapai kemajuan besar di banyak bidang, namun situasi minoritas etnik masih menyedihkan.
Aparat keamanan Myanmar telah dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap kaum minoritas Rohingya di negara bagian Rakhine. Amnesty Internasional mengatakan, jumlah insiden yang dilaporkan semakin meningkat.
Tapi pemerintah Myanmar membantah pelanggaran apapun oleh aparat keamanan terhadap kaum Ronghingya. Benjamin Zawacki, periset Myanmar untuk Amnesty International mengatakan dalam program Connect Asia Radio Autralia bahwa Amnesty telah memonitor situasi sejak beberapa lama.
"Kami memonitor sejak 2005 ketika kami mengeluarkan sebuah laporan panjang tentang diskriminasi dan penindasan sistematik yang dialami kaum Rohingya," tuturnya.
Zawacki mengatakan, penindasan atas kaum Rohingya oleh aparat keamanan Myanmar umumnya berbentuk penangkapan massal dan perlakuan buruk selama dalam tahanan. Dikatakannya, inti masalahnya adalah Rohingya tidak dianggap sebagai warga Myanmar.
Rohingya sering dilukiskan sebagai teroris atau pendatang oleh media Myanmar. Pemerintah juga tidak bersimpati pada nasib Rohingya.
Belum lama ini Presiden Thein Sein mengatakan, satu-satunya solusi adalah mengirim orang-orang Rohingya ke kamp pengungsi atai mengirim mereka ke negara ketiga.
"Undang-undang kewarganegaraan 1962 perlu diubah atau dicabut supaya kaum Rohingya dapat dianggap warga Myanmar."
Presiden Myanmar Thein Sein diperkirakan akan membahas masalah warga Myanmar yang tinggal di Thailand dengan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra di Bangkok Selasa (24/7). Zawacki mengatakan, Thailand dapat berperan dalam mencari solusi atas kaum Rohingya Myanmar.
Sumber:
“Pembantaian Muslim Rohingya”
Liputan Khusus Diskusi Aktual Pesantren Media, Rabu, 1 Agustus 2012
Darah dan air mata umat Islam kembali tertumpah. Kali ini penindasan dialami oleh etnis Rohingya yang bermukim di negara bagian Arakan, Myanmar. Mereka diintimidasi dan dibantai oleh etnis Rakhine yang beragama Budha. Muslim di Myanmar sendiri adalah kaum minoritas. Jumlah mereka kalah dengan para penganut Budha.
Keadaan mereka begitu memprihatinkan. Pemerintah Myanmar sendiri yang seharusnya menjadi pengayom dan pelindung rakyatnya yang tertindas, malah terkesan membiarkan kekerasan atas muslim Rohingya. Bahkan diperoleh kabar bahwa pemerintah Myanmar sebenarnya risih atas keberadaan muslim Rohingya dan sebenarnya juga menginginkan muslim Rohingya enyah dari negara itu. Oleh karena itu, sudah sejak lama mereka menggagas berbagai program berbau diskriminasi terhadap muslim minoritas Rohingya.
Melihat kondisi ini, setiap muslim dari seluruh dunia tentu harus peduli. Antara muslim yang satu dengan yang lainnya bersaudara. Mereka diikat dengan tali aqidah. Maka jika ada saudara seiman yang merasakan penderitaan, yang lain tentunya juga ikut merasakan penderitaan.
Keluarga besar Pesantren Media, sebagai bagian dari kaum muslimin dari seluruh dunia tentu juga merasakan penderitaan yang dialami muslim Rohingya. Oleh karena itu, pada Rabu (01/08) Pesanren Media mengadakan Diskusi Aktual dengan topik Pembantaian Muslim Rohingya.
Diskusi ini biasanya dimulai pukul 16.00 WIB. Namun, berhubung diskusi kali ini digelar pada Bulan Ramadhan, maka dimajukan menjadi pukul 15.00 dan berakhir jam 16.30 WIB. Karena setelah itu, seluruh santri Pesantren Media diharuskan pergi ke Masjid Nurul Iman guna membantu acara buka bersama anak-anak dari Komplek Laladon Permai dan sekitarnya.
Di tahun kedua ini, jumlah santri Pesantren Media semakin banyak. Jika di tahun kemarin pertanyaan yang diajukan tak pernah lebih dari lima atau enam pertanyaan, maka di kesempatan Diskusi Aktual kali ini, tidak tanggung-tanggung, ada sekitar tujuh belas pertanyaan.
Kelompok santriwati adalah yang paling banyak mengajukan pertanyaan. Maila menanyakan tentang alasan pemerintah Myanmar membenci Islam, Kholifah menanyakan tentang apa yang harus dilakukan pemerintah Myanmar terkait insiden ini, Rani menanyakan alasan kenapa berterimakasih kepada Indonesia, Ilham penasaran dan juga bertanya tentang apa sebenarnya penyebab konflik, Novia tentang bagaimana Islam memandang pemerintah Myanmar yang tega membantai muslim Rohingya, Syifa menanyakan apakah ada kaitan peritiwa ini dengan Ramadhan, Putri menanyakan apakah ada negara lain yang membantu menghentikan kekejaman, Cylpa juga bertanya tentang penyebab konflik, Wigati menanyakan seputar langkah apa yang diambil Indonesia guna menghentikan konflik, Siti bertanya tentang apa itu Rohingya, dan Ira menanyakan apakah Myanmar membantu korban muslim atau diam saja.
Sedangkan dari kelompok santriwan hanya ada empat pertanyaan. Anam menanyakan apakah korban yang meninggal dalam pembantaian ini masti syahid, Hawari bertanya mengapa berita pembantaian muslim Rohingya ini tak dibesar-besarkan sebagaimana kasus terorisme yang juga diidentikkan dengan kekerasan, Yasin menanyakan sampai sejauh mana peran PBB sebagai polisi dunia, dan yang terakhir, Sandi bertanya apakah ada nilai jihad jika kita membela kaum muslim di Rohinngya.
Alokasi waktu yang tersedia tidak memadai untuk menjawab pertanyaan yang begitu banyak. Akhirnya diambil keputusan untuk menggabung-gabungkan pertanyaan yang mempunyai arah pembahasan yang sama. Akhirnya, diputuskan untuk membahas lima pertanyaan hasil penggabungan itu, yaitu apa itu Rohingya, bagaimana awal mula pembantaian, kenapa Myanmar membenci Islam, bagaimana peran pemerintah Myanmar, dan bagaimana pandangan Islam terkait masalah.
Pembahasan pertama tentang apa itu Rohingya. Setelah melalui pengumpulan beberapa pendapat, akhirnya disimpulkan bahwa Rohingya adalah sebuat etnis yang mendiami negara bagian Arakan di Myanmar dan hidup berdampingan dengan etnis Rakhine yang beragama Budha. Mereka adalah etnis pendatang atau imigran dari India dan telah sekian lama menetap di sana.
Selanjutnya adalah pembahasan mengenai awal mula penyebab terjdinya pembantaian. Sebenarnya muslim minoritas Rohingya sudah sejak lama mengalami berbagai tekanan. Tekanan demi tekanan ini mereka dapatkan hanya karena perbedaan etnis dan agama. Mereka dibantai karena kukuh pada aqidah mereka, tidak mau keluar dari Islam.
Lalu kenapa pemerintah Myanmar benci Islam. Jawabannya gampang saja. Sejak dahulu kala, orang-orang kafir sebenarnya menaruh kebencian terhadap umat Islam. Mereka tidak akan rela hingga kita umat Muslim berpindah keyakinan mengikuti kayakinan mereka.
Pembahasan selanjutnya adalah tentang sejauh mana peran pemerintah Myanmar. Pemerintah Myanmarlah sebenanya yang telah mengatur pembersihan muslim Rohingya. Salah satunya adalah yang berhubungan dengan KTP. Pemerintah hanya mengeluarkan KTP pada warga negara yang menuliskan agama Budha pada KTPnya. Yang tidak mau maka tidak akan mendapatkan KTP. Di lain sisi, pemerintah juga terkesan membiarkan pembantaian pada muslim Rohingya hingga terdapat korban jiwa yang tidak sedikit. Ada juga media yang memberitakan bahwa sebenarnya pemerintah Myanmar menganggap muslim Rohingya bukan bagian dari Myanmar. Kaum muslim Rohinya dituduh sebagai imigran gelap.
Pembahasan yang terakhir mencakup bagaimana pandangan dan solusi Islam. Dalam pandangan Islam, jika kondisi di sebuah wilayah sudah genting, tidak memungkinkan lagi untuk ditinggali karena alasan keamanan, maka umat Islam yang bermukim di wilayah tersebut wajib hijrah. Seperti yang dilakukan di masa Rasulullah saw dulu. Di masa Rasulullah saw, umat Islam pernah hijrah ke negari Habsyah karena tekanan yang begitu besar dari kaum kafir Quraisy. Umat Islam juga hijrah ke Madinah. Di kedua tempat itu meraka bisa lepas dari berbagai macam belenggu penindasan.
Lalu ke mana mereka akan hijrah? Seharusnya negeri kaum muslimin yang lain tidak tinggal diam melihat permasalahan ini. Indonesia misalnya, harus siap menjadi bumi kedua bagi saudara seiman yang teraniaya. Jadilah ‘kaum Ansor’ di jaman ini. Jangan malah mengembalikan pengungsi yang sudah ada. Mereka butuh pertolongan. Mengembalikan mereka ke Myanmar sama saja dengan menggiring saudara seiman ke dalam jurang penindasan dan pembantaian.
Para pemimpin negeri-negeri kaum muslimin seharusnya juga tegas. Kirimkan tentara untuk melindungi muslim Rohingya. Janganlah betah melihat saudara seiman yang terbantai meningkat jumlahnya. Pemerintah Myanmar harus diancam supaya memperlakukan seluruh rakyatnya dengan adil tanpa harus membedakan etnis dan agama mereka.
Demikian laporan Diskusi Aktual kali ini. Semoga bermanfaat.[Farid Abdurrahman, Santri Pesantren Media, Kelas 2 SMA]
Sumber:
Melihat Rohingya dengan Hati
Pengungsi Rohingya bersama anaknya menempati salah satu ruangan di Gedung LBH Jakarta, Selasa (9/7). ( Republika/ Tahta Aidilla)
Rasa gemetar serentak terasa, sesaat memasuki galeri. Puluhan foto hitam putih tercetak dalam bingkai putih. Tembok ruangan tertutup raut-raut wajah kamu muslim rohingya. Dari sebuah foto terlihat anak dalam pelukan seorang ibu yang bersimpuh di trotoar jalan. Dalam bingkai lain, sorot mata pria bejenggot putih, memperlihatkan wajah yang lelah dengan sedikit harapan untuk bertahan.
Di dalam ruangan persegi. Foto-foto tertempel mengelilingi tembok tebal. Lampu redup tak begitu menyala, membuat rasa iba semakin bertambah. Melihat gambaran kaum rohingya yang tertindas negerinya sendiri.
Sosok pria yang menjadi buruh di sebuah pantai. Para ibu menggendong bayi untuk meminta sedekah. Atau tempat pengungsian yang hanya terbuat dari ranting dan sampah plastik. Itu semua tergambar dalam satu tragedi berkepanjangan. Tragedi komunitas Muslim Rohingya.
Itulah sekilas gambaran foto hasil jepretan Greg Constantine. Pria berkebangsaan Amerika ini memilih tragedi yang menimpa kaum Rohingya di Burma, sebagai salah satu bahan projectnya. Sambil menikmati secangkir lemon tea Greg menceritakan sedikit alasannya mengapa memilih tragedi keagamaan atas kaum Rohingya dalam karya fotonya.
Sejak tahun 1784 , kaum Arakan (Islam) dijajah oleh Raja Buddha Burma (Budabay), mereka memasukkan Arakan ke wilayah Burma karena takut penyebaran Islam semakin meluas. Setelah datangnya rezim Jendral Newin pada tahun 1962 . Perlakuan lebih sadis semakin banyak terjadi.
Para Muslim kembali menjadi korban penindasan, pengusiran, pembunuhan dan penghilangan identitas kewarganegaraan bagi mereka. Selain kepada para kaumnya, rezim ini pun menghancurkan bangunan bangunan Islam dan peninggalan sejarah yang mereka miliki.
Tahun demi tahun setelah munculnya Rezim ini komunitas rohingya terus mengalami kehidupan yang sangat sulit. Pada tahun 1978 , lebih dari 500 ribu muslim mengalami penderitaan. Dan disesalkan sekitar 40.00 warga yang terdiri dari anak-anak, wanita dan kalangan orang tua meninggal dunia.
Tahun 1991 ratusan ribu orang diusir dari wilayah Burma. Tanpa kejelasan yang pasti akhirnya mereka mendirikan sebuah perkampungan di wilayah Bangladesh Selatan yang berbatasan langsung dengan Burma Barat (sekarang Myanmar).
Sampai tahun 2012 kejadian tragis ini masih harus dirasakan kaum Rohingya. 10 kaum Muslim Rohingya dikabarkan meninggal dunia yang diakibatkan konflik berkepanjangan.
Tragedi inilah yang menjadi sorotan tajam Greg Constantine. Pelanggaran terhadap kaum Rohingya menurut Greg merupakan pelanggaran HAM yang sangat berat, terutama di kawasan Asia.
Mengambil judul “Exiled To Nowhere (Burma’s Rohingya)". Greg mencoba mengangkat tema warga negara yang terbuang tanpa kewarganegaraan. Sejak tahun 2006 sampai 2012 dia melakukan perjalanan untuk mencari sudut pandang penindasan kaum Rohingya.
Greg menuturkan, saat ini tragedi kaum Rohingya sedikit-sedikit mulai dilupakan oleh masyrakat luas, khususnya sekitar Asia. Padahal menurut Greg, kaum Rohingya adalah etnis yang serumpun dengan masyarakat Asia Tenggara.
Banyaknya negara Asia tenggara yang menolak kehadiran para Imigran Rohingya oleh negara-negara Asia tenggara sangat disayangkan oleh Greg. Pasalnya, Greg menilai para kaum minoritas Rohingya meninggalkan negaranya bukan tanpa alasan. Penindasan terhadap kaum merek, serta ketidakpastian hidup di negara sendiri, membuat mereka memilih untuk pergi ke negara tetangga.
“Orang kehilangan harapan hidup,” tegas Greg. Setelah perjalanan yang panjang meliput tragedi ini. Greg berharap agar setiap orang, setiap negara mau untuk membantu mereka mendapatkan harapan untuk hidup lebih layak dari sekarang.
Satu alasan terakhir yang disampaikan Greg. Dengan adanya pameran dia di Indonesia khususnya di Jakarta. Greg melihat bila di Jakarta terdapat banyak suku banyak etnis dari berbagi negara di Asia. Dia berharap banyak media yang memublikasikan pameran ini, ditambah diskusi-diskusi yang dilakukan masyarakat maupun pemerintahan. Mampu menjadikan masyarakat dan pemerintah, kembali memberikan perhatian kepada kaum Rohingnya.
Bukan saja dalam hal perhatian dalam perkataan, tapi perhatian dalam aksi nyata lebih diharapkan. Sehingga memberikan penghidupan yang layak bagi kaum Rohingya yang terbuang di negaranya sendiri.
Di dalam ruangan persegi. Foto-foto tertempel mengelilingi tembok tebal. Lampu redup tak begitu menyala, membuat rasa iba semakin bertambah. Melihat gambaran kaum rohingya yang tertindas negerinya sendiri.
Sosok pria yang menjadi buruh di sebuah pantai. Para ibu menggendong bayi untuk meminta sedekah. Atau tempat pengungsian yang hanya terbuat dari ranting dan sampah plastik. Itu semua tergambar dalam satu tragedi berkepanjangan. Tragedi komunitas Muslim Rohingya.
Itulah sekilas gambaran foto hasil jepretan Greg Constantine. Pria berkebangsaan Amerika ini memilih tragedi yang menimpa kaum Rohingya di Burma, sebagai salah satu bahan projectnya. Sambil menikmati secangkir lemon tea Greg menceritakan sedikit alasannya mengapa memilih tragedi keagamaan atas kaum Rohingya dalam karya fotonya.
Sejak tahun 1784 , kaum Arakan (Islam) dijajah oleh Raja Buddha Burma (Budabay), mereka memasukkan Arakan ke wilayah Burma karena takut penyebaran Islam semakin meluas. Setelah datangnya rezim Jendral Newin pada tahun 1962 . Perlakuan lebih sadis semakin banyak terjadi.
Para Muslim kembali menjadi korban penindasan, pengusiran, pembunuhan dan penghilangan identitas kewarganegaraan bagi mereka. Selain kepada para kaumnya, rezim ini pun menghancurkan bangunan bangunan Islam dan peninggalan sejarah yang mereka miliki.
Tahun demi tahun setelah munculnya Rezim ini komunitas rohingya terus mengalami kehidupan yang sangat sulit. Pada tahun 1978 , lebih dari 500 ribu muslim mengalami penderitaan. Dan disesalkan sekitar 40.00 warga yang terdiri dari anak-anak, wanita dan kalangan orang tua meninggal dunia.
Tahun 1991 ratusan ribu orang diusir dari wilayah Burma. Tanpa kejelasan yang pasti akhirnya mereka mendirikan sebuah perkampungan di wilayah Bangladesh Selatan yang berbatasan langsung dengan Burma Barat (sekarang Myanmar).
Sampai tahun 2012 kejadian tragis ini masih harus dirasakan kaum Rohingya. 10 kaum Muslim Rohingya dikabarkan meninggal dunia yang diakibatkan konflik berkepanjangan.
Tragedi inilah yang menjadi sorotan tajam Greg Constantine. Pelanggaran terhadap kaum Rohingya menurut Greg merupakan pelanggaran HAM yang sangat berat, terutama di kawasan Asia.
Mengambil judul “Exiled To Nowhere (Burma’s Rohingya)". Greg mencoba mengangkat tema warga negara yang terbuang tanpa kewarganegaraan. Sejak tahun 2006 sampai 2012 dia melakukan perjalanan untuk mencari sudut pandang penindasan kaum Rohingya.
Greg menuturkan, saat ini tragedi kaum Rohingya sedikit-sedikit mulai dilupakan oleh masyrakat luas, khususnya sekitar Asia. Padahal menurut Greg, kaum Rohingya adalah etnis yang serumpun dengan masyarakat Asia Tenggara.
Banyaknya negara Asia tenggara yang menolak kehadiran para Imigran Rohingya oleh negara-negara Asia tenggara sangat disayangkan oleh Greg. Pasalnya, Greg menilai para kaum minoritas Rohingya meninggalkan negaranya bukan tanpa alasan. Penindasan terhadap kaum merek, serta ketidakpastian hidup di negara sendiri, membuat mereka memilih untuk pergi ke negara tetangga.
“Orang kehilangan harapan hidup,” tegas Greg. Setelah perjalanan yang panjang meliput tragedi ini. Greg berharap agar setiap orang, setiap negara mau untuk membantu mereka mendapatkan harapan untuk hidup lebih layak dari sekarang.
Satu alasan terakhir yang disampaikan Greg. Dengan adanya pameran dia di Indonesia khususnya di Jakarta. Greg melihat bila di Jakarta terdapat banyak suku banyak etnis dari berbagi negara di Asia. Dia berharap banyak media yang memublikasikan pameran ini, ditambah diskusi-diskusi yang dilakukan masyarakat maupun pemerintahan. Mampu menjadikan masyarakat dan pemerintah, kembali memberikan perhatian kepada kaum Rohingnya.
Bukan saja dalam hal perhatian dalam perkataan, tapi perhatian dalam aksi nyata lebih diharapkan. Sehingga memberikan penghidupan yang layak bagi kaum Rohingya yang terbuang di negaranya sendiri.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar