Selasa, 13 Mei 2014

Sastra Jenra (Sajen)


Sampurasun ..
Banyak anak nusantara yang meninggalkan ajaran Leluhurnya terutama ritual sakral mensyukuri atas hasil bumi yang telah Tuhan berikan. Salah satunya SASTRA JEN RA HAYU NING RAT PANGRUWAT ING DIYU atau kita kenal sebagai “Sajen”. Banyak orang mengira ritual tersebut ritual orang musrik, padahal mereka belum paham makna atau nila-nilai yang terkandung di dalam nya. Entah ajaran mana yang salah tapi tentunya tidak ada ajaran yang mengajarkan untuk salah. Saya banyak belajar dengan makna-makna yang terkandung didalam nya. Lebih menghargai alam dan lebih mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan dan tidak melupakan ajaran Nene Moyang kita tentunya. Karena beliau kita masih bisa menikmati hasil bumi Nusantara ini.

Filosofi Sastra Jen Ra Hayu ning Rat Pangruwat ing Diyu (sesajen)

disampaikan oleh: Mbah Uci (LQ Hendrawan)
Bumi Dega, Dago 401
Oktober 2012
RANGKUMAN 
——————
Agar mudah dipahami, saya mengumpamakan bahwa LANGIT / AKASA itu ibaratKERTAS HITAM KOSONG, lalu Yang Maha Kuasa mencorat-coret langit dengan berbagai SINAR yang BERCAHAYA, dan kelak leluhur bangsa kita menyebut semua itu sebagai TATA-SURYA. Kesatuan seluruh Tata-Surya dengan segala pola watak kehidupannya disebut sebagai JAGAT AGUNG atau Jagat Raya… ya termasuk planet Bumi tempat tinggal kita (tumbuhan, satwa, manusia, dll.)
Galaxy
Galaxy
Jagat Awung
Jagat Awung
Jadi singkatnya kita bagi 3 saja :
1. Langit yang hitam pekat diupamakan sebagai “kertas kosong”.
2. Galaxy / gugusan bintang-bintang dgn segala isinya diupamakan sebagai “tulisan / coretan”.
3. Pola watak dari kesatuan semesta kehidupan diupamakan sebagai “nilai ungkap / makna ciptaan / daya kehidupan”.
Berdasarkan ‘pola’ tersebut di atas, tentu kita sepakat bahwa Yang Maha Kuasatelah menciptakan suatu maha karya SASTRA di Jagat Agung ini dalam berbagai rupa, bentuk, watak, warna, ukuran, waktu, dsb. yg mustahil dapat kita sebutkan satu-persatu.
Hal tersebut ditiru oleh manusia, maka lahirlah “sastrawan” yang melakukan sebuah usaha untuk menciptakan (*cipta = pikir) karya-karya dalam bentuk tulisan melalui susunan aksara dgn maksud untuk “mengungkapkan keindahan di Jagat Agung”…. Tentu saja begitu, sebab manusia tidak mampu membuat “benda hidup bernyawa dan berwatak”. Kelak di jaman modern lahirlah berbagai jenis karya sastra, seperti; Sastra Tulis, Sastra Bunyi, Sastra Gerak, Sastra Gambar, dsb. yg semuanya berwatak IMITASI / TIRUAN / METAFORA / PALSU…dst. …………dengan demikian segala yang berupa TULISAN (*susunan aksara) SUDAH PASTI ASLI BUATAN MANUSIA… sebab Tuhan tidak pernah membuat “aksara”.
Segala KARYA SASTRA hasil daya cipta YANG MAHA KUASA itulah sesungguhnya yang layak disebut sebagai KITAB SUCI, yang benar-benar hidup dan memberikan kehidupan bagi semesta, serta suci dari segala kebohongan dan sama-sekali tidak ada cacat-celanya… KITAB SUCI itulah yang seharusnya DIBACA dan dipahami dengan sebenar-benarnya, sebab SEGALA HASIL DAYA CIPTA YANG MAHA KUASA ITU SAMA SEKALI TIDAK ADA YANG SAMA… tapi manusia lebih memuja dan menghormati KITAB YANG GAMPANG DISOBEK danMUDAH DIMUSNAHKAN… pun mudah diselewengkan… pun diperbanyak oleh penerbit dan percetakan… :)
SASTRA JEN RA HAYU NING RAT PANGRUWAT ING DIYU yg dikenal saat ini pada mulanya berasal dari kata :
1. Su-Astra Aji Ra Hayu ning Rat Pangruwat ing Diyu (*…… lalu berobah menjadi….)
2. Sastra Ajian Ra Hayu ning Rat Pangruwat ing Diyu (*…… lalu berobah menjadi….)
3. Sastra Jen Ra Hayu ning Rat Pangruwat ing Diyu (*…… lalu berobah menjadi….)
4. Sastra Jenra Hayu ning Rat (*…… lalu berobah menjadi….)
5. Sastra Jenra (*…… lalu berobah menjadi….)
6. Sasajen (*…… lalu berobah menjadi….)
7. Sajen… (*istilah ini lebih kita kenal pada saat sekarang)
Bila kita kaji berdasarkan yang pertama (no. 1) sebagai wiwitannya hal itu mengandung arti sebagai berikut :
1. SU-ASTRA = CAHAYA SEJATI = …setara dgn ILMU PENGETAHUAN.
2. AJI / AJIAN / JEN = …sesuatu yang harus dimengerti dan dipahami hingga sari-patinya.
3. RA HAYU = … Sinar / Penerang Selamat dan Sejahtera.
4. NING RAT = …bagi Jagat Semesta.
5. PANGRUWAT = …untuk memunahkan / menghapus / menghilangkan / menghindari
6. ING DIYU = …kebodohan / ketidak-tahuan / keragu-raguan / kebingungan / kemang-mangan / ketidak-yakinan.
Maka jelas, bahwa Sastra Jen Rahayu ning Rat Pangruwat ing Diyu itu jika diterjemahkan (bebas) akan mengandung makna sebagai berikut :
” ILMU PENGETAHUAN YANG HARUS DIMENGERTI & DIPAHAMI agar SELAMAT SEJAHTERA BAGI JAGAT SEMESTA KEHIDUPAN UNTUK MEMUNAHKAN KEBODOHAN “.
……..atau……..
” TULISAN yang YANG MAHA KUASA yang HARUS DIMENGERTI & DIPAHAMI agar menjadi PENERANG, SELAMAT & SEJAHTERA BAGI KEHIDUPAN DI JAGAT RAYA agar TERHINDAR DARI KEBODOHAN “
SESAJEN (Sastra Jen Rahayu ning Rat Pangruwat ing Diyu), merupakan karya SASTRA hasil karya daya cipta para leluhur bangsa kita yang TIDAK MEMPERGUNAKAN AKSARA, melainkan dengan cara “meminjam” karya SASTRA hasil daya cipta YANG MAHA KUASA untuk berbicara / menyampaikan pesan (berkomunikasi) kepada segala lapis kehidupan di Jagat Agung (multi dimensi). Hal ini tentu saja dilakukan karena KESADARAN bahwa; LIDAH MANUSIA terlalu kecil untuk “berbicara” kepada Jagat Agung (*apalagi kepada Yang Maha Kuasa), dan itu artinya para leluhur bangsa kita sangat memahami bahwa bahasa LISANataupun TULISAN (aksara) senyatanya TIDAK DAPAT MEWAKILI REALITAS APAPUN… dengan demikian PUNAHLAH KESOMBONGAN MANUSIA….
Kaya Sastra Yang Maha Kuasa
Kaya Sastra Yang Maha Kuasa
Karya Sastra Yang Maha Agung
Karya Sastra Yang Maha Agung
Karya Sastra Sang Maha Pencipta
Karya Sastra Sang Maha Pencipta
Tentu kita semua sepakat, bahwa hingga hari ini tidak ada satu orang manusiapun yang mampu membuat: sebutir padi , setangkai bunga, setetes air, seberkas api, sebutir garam, dst.” …. dilain pihak “bahasa” yang dipergunakan dapat dipahami oleh berbagai kalangan : tua-muda, laki-perempuan, berbagai bangsa… misalnya : GULA, setiap bangsa punya sebutan yg berbeda, namun semua dapat merasakan RASA YANG SAMA… dilain pihak RASA MANIS itu hingga hari ini belum ada yang mampu membahasakannya dgn tepat dan benar… ia begitu “apa adanya”.
4 Unsur Bahasa Utama
4 Unsur Bahasa Utama
Pada dasarnya Sesajen berisi 4 unsur bahasa utama yaitu; API – UDARA – AIR – dan TANAH, lalu ditambah dengan berbagai rupa silib-siloka yang terdiri dari benda-benda alam… yang jelas kesemua itu sama sekali BUKAN HASIL DAYA CIPTA MANUSIA… MANUSIA HANYA MENYUSUNNYA…!!! (*ya seperti susunan aksara menjadi kata, dan seperti susunan kata menjadi kalimat…dst.)
Berdasarkan atas KESADARAN TERTINGGI, bahwa Jagat Agung ini terdiri dari berbagai mahluk, bahwa kehidupan ini mimiliki ruang dan waktu serta kejadiannya masing-masing, bahwa alam semesta itu sangat luas, bahwa rasa itu tidak terjabarkan, bahwa keindahan itu ada dengan sendirinya…dst. maka diperlukan suatu alat (media) yg dapat dimengerti dan dipahami secara multi dimensi untuk saling berbicara… untuk saling bersaudara… untuk saling menjaga keselamatan dan saling mensejahterakan, saling mengasihi dalam damai….
Berdasarkan atas KESADARAN TERTINGGI, bahwa manusia itu BODOH danSOMBONG… bahwa otak dan daya cipta serta LIDAH MANUSIA untuk berbicara itu sangat penuh keterbatasan / banyak salah / banyak perbedaan maka dibuatlah sebuah karya sastra (*mini) yang dapat dimengerti dan dipahami olehSEGALA MAHLUK DISEGALA RUANG DAN WAKTU… dan kelak bangsa kita menyebutnya sebagai SASTRA JEN RA HAYU NING RAT PANGRUWAT ING DIYU… maka dengan selayaknya ia didudukan sebagai IBU DARI SEGALA BAHASA (*BAHASA IBU).
Sastra Jen Rahayu ning Rat Pangruwat ing Diyu adalah karya sastra (kitab suci) bangsa yang mempergunakan HURUP (bukan “aksara”) — HIRUP, HURIP, HURUP yang diperoleh dari hasil daya cipta Yang Maha Kuasa di Jagat Agung (jagat raya)… oleh seba itu ” BACALAH…!!! “
SASTRA JEN RA HAYU NING RAT PANGRUWAT ING DIYU
SASTRA JEN RA HAYU NING RAT PANGRUWAT ING DIYU
SASTRA JEN RA HAYU NING RAT PANGRUWAT ING DIYU
CATATAN :
————
Jika anda membuat karya SASTRA (Sastra Jen Rahayu ning Rat Pangruwat ing Diyu) atau SAJEN… susun dan tempatkan ditempat yang layak dan sebaik mungkin, sebab karya sastra yang anda buat itu dipinjam dari maha karya YANG MAHA KUASA… jadi jangan direndahkan dan tidak boleh disepelekan… artinya, JANGAN MERENDAHKAN DIRI ANDA SENDIRI DI HADAPAN JAGAT RAYA & YANG MAHA PENCIPTA… _/|\_
KESIMPULAN :
—————–
SASTRA JEN RA HAYU NING RAT PANGRUWAT ING DIYU adalah penanda BANGSA YANG MENGERTI & MEMAHAMI KESUSASTRAAN TINGKAT TINGGI… DAN MELAMBANGKAN TINGKAT KECERDASAN, KEBUDAYAAN DAN KEBERADABAN SUATU BANGSA…!
Semoga catatan ini berguna bagi bangsa yang sedang kehilangan KEBERADABAN DIRINYA.
Tabe Pun,
_/|\_
Rahayu Sagung Dumadi

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar